Makalah Filsafat Pendidikan
Aliran Filsafat
Materialisme
Oleh :
Kelompok
7
§
Senja Pangestu (1706104020084)
§
M. Rizki (1706104020051)
§
Al Fharuq Amanullah (1706104020076)
§
Alpianda Kenusi (1706104020009)
§
Musridin (1306104020077)
§
M. Azizul Akbar (1706104020091)
§
Fasnurulsalami (1706104020055)
§
Muazin (1706104020048)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN JASMANI DAN REKREASI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM,
BANDA ACEH.
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembahasan
makalah ini untuk mengetahui apa itu materialisme, materialisme adalah suatu
aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari benda (materi),
materialisme merupakan salah satu aliran filsafat yang memandang bahwa benda
primer sedangkan ide ditempatkan di sekundernya sebab materi ada terlebih
dahulu baru ada ide.
Penjelasan
mengenai makna kehidupan dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya merupakan
masalah yang klasik, yang hingga sekarang susah untuk ditetapkan filsafat mana
yang paling benar yang seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut menggunakan
sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula.
Dari beberapa banyak aliran filsafat, kami hanya membahas aliran filsafat materialisme. Antara aliran atau paham yang
satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki
konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling
dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah
diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas
dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
Memahami
sistem filsafat sesungguhnya menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran
mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim,
filsafat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh
pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem
filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu,
tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya
yang utama ialah sikap dan pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam
lingkungan. Apabila cita karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya
tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya). Tujuan
dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas,
adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab
aliran filsafat idealisme, materialisme, eksistensialisme, monisme, dualisme,
dan pluralisme.
A. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka dapat kami rumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian dari materialisme ?
2.
Bagaimana sejarah perkembangan aliran materialisme ?
3. Siapa-siapa
saja tokoh yang berperan dan paling berperan dalam aliran filsafat materialisme
?
4. Apa
saja pembagian jenis-jenis aliran filsafat materialisme tersebut ?
B. TUJUAN
Tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui pengertian dari aliran tersebut diatas.
2.
Untuk mengetahui sejarah perkembangan aliran materialism.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang
berperan dalam aliran-aliran dalam filsafat tersebut diatas.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Materialisme
Materialisme
adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari
segala sesuatu ialah materi. Karena materialisme mempersoalkan metafisika.
Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan
keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai,
fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan
bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada
sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan
bahwa pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi yang sedang
bergerak.
Materi
dan alam semesta sama sekali tidak memiliki karakteristik-karakteristik pikiran
dan tidak ada entitas-entitas nonmaterial. Realitas satu-satunya adalah materi.
Setiap perubahan bersebab materi atau natura dan dunia fisik.
2.
Sejarah Perkembangan Materialisme
Filsuf
yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah epikuros. Ia merupakn salah
satu filsuf terkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros, filsuf lain
yang juga turut mengembangankan aliran filsafat ini adalah Demokritos dan
Lucretius Carus. Pendapat mereka tentang Materialisme, dapat kita samakan
dengan materialism yang berkembang di prancis pada masa pencerahan. Dua
karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili pham itu adalah L’homme
machine (manusia mesin) dan L’homme
plante (manusia tumbuhan). Dalam waktu yang sama, di tempat lain muncul seorang
Baron von Holbach yang mengemukakan suatu materialism atiesme. Materialisme
etiesme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya tuhan
secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak.
Benih-benih
materialism sudah muncul sejak zaman Yunani kuno. Sebelum muncul
pertnyaan-pertanyaan filsafat idealistic (yang menonjol sejak plato), filsafat
Yunani berangkat dari filsafat materialisme yang mengambil bentuk pada upaya
untuk menyelidik tentang alam sebagai
materi. Bahkan mayoritas filsuf percaya bahwa tidak mungkin ada sesuatu yang
muncul dari ketiadaan. Materi alam dipelajari secara habis-habisan, sehingga
menghasilkan tesis filsafat tentang apa sebenarnya substansi menyusun alam
kehidupan ini.
Pada
abad pertama Masehi, paham materialism tidak mendapat tanggapan yang serius,
bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap paham ini. Baru
pada zaman pencerahan (Aufkalrung), materialisme mendapat tanggapan dan
penganut yang penting di Eropa Barat.
Materialisme
berpenderian bahwa pada hakikatnya sesuatu itu adalah bahan belaka. Pandangan
ini Berjaya pada abad ke-19.[2] Materialisme jelas tidak akan bias hilang dan
mati karena hidup ini sangat nyata, dimana manusia terus saja mengembangkan
diri dari ranah material. Zaman kegelapan yang didominasi dengan agama yang
menggelapkan kesadaraan jelas tak dapat membendung perkembangan material, yaitu
teknologi yang merupakan alat bantu manusia untuk mengatasi kesulitan material
dan membantu manusia memahami alam. Misalnya, dengan teleskop dapat diketahui
susunan jagat raya, dengan transportasi dan komunikasi pertukaran pengetahuan
semakin cepat. Idialisme yang subjektif jelas tidak dapat dipertahankan.[3]
Pada
abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal jerman seperti Feuerbach,
Moleschott, Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan
materialisme. Materialisme dan Empirisme adalah perangsang munculnya IPTEK
karena berpkir pada kegiatan melakukan eksperimen-eksperimen ilmiyah yang
memicu perkembangan ilmu dan teknologi.
Filsafat
materialisme beranggapan bahwa hubungan adalah hubungan material yang saling
mempengaruhi. Karenanya, memahami hubungan harus menggunakan landasan berfikir
yang materialis. Berfikir materialis berarti percaya pada hukum-hukum materi,
yaitu sebagai berikut:
§ Hukum
I: “Materi itu ada, nyata, dan konkret”.
Materi
itu ada dan nyata dalam hidup kita. Kita bisa mengenali materi melalui indra kita.
Jadi, bukan karena tak tertangkap indra kita, lantas kita mengatakan bahwa
sesuatu itu tidak ada.
§ Hukum
II:”Materi itu terdiri dari materi-materi yang lebih kecil dan saaling
berhubungan (dialektis)”.
Jadi,
dialektika adalah hukum keberadaan materi itu sendiri. Materi-materi kecil
menyatu dan menyusun satu kesatuan yang kemudian disebut sebagai materi lainya
yang secara kualitas lain. Karenanya namanya juga lain.
§ Hukum
III:”Materi mengalami kontradiksi”.
Karena
materi terdiri dari materi-materi yang lebih
kecil antara satu materi dengan materi
lainnya mengalami kontradiksi, atau saling bertentangan. Jika taka da kontras,
tak akan ada bentuk yang berbeda-beda. Jika tidak ada kontradiksi, tak ada
kualitas yang berbeda,kualitas baru, atau kualitas yang menunjukkan adanya
perubahan susunan materi yang baru.
§ Hukum
IV:”Materi selalu berubah dan akan selalu berubah”.
Perubahan
dimulai dengan kontradiksi atau akibat pengaruh antara materi-materi yang
menyusunnya maupun karena intervasi dari luar. Taka da yang lebih abadi dari
pada perubahan itu sendiri.
3.
Beberapa Tokoh Pemikir Materialisme, Antara Lain :
a.
Karl Marx (1818-1883)
Marx
lahir di Trier Jerman pada tahun 1818.ayahnya merupakan seorang Yahudi dan
pengacara yang cukup berada, dan ia masuk Protestan ketika Marx berusia enam
tahun. Setelah dewasa Marx melanjutkan studinya ke universitas di Bonn,
kemudian Berlin. Ia memperoleh gelar doktor dengan desertasinya tentang
filsafat Epicurus dan Demoktirus. Kemudian, ia pun menjadi pengikut Hegelian
sayap kiri dan pengikut Feurbach. Dalam usia dua puluh empat tahun, Marx
menjadi redaktur Koran Rheinich Zeitung yang dibrendel pemerintahannya karena
dianggap revolusioner.
Setelah
ia menikah dengan Jenny Von Westphalen (1843) ia pergi ke Paris dan disinilah
ia bertemu dengan F.Engels dan bersahabat dengannya. Tahun 1847, Marx dan
Engels bergabung dengan Liga Komunis, dan atas permintaan liga komunis inilah,
mereka mencetuskan Manifesto Komunis (1848).
Dasar
filsafat Marx adalah bahwa setiap zaman, system produksi merupakan hal yang
fundamental. Yang menjadi persoalan bukan cita-xita politik atau teologi yang
berlebihan, melainkan suatu system produksi. Sejarah merupakan suatu perjuangan
kelas, perjuangan kelas yang tertindas melawan kelas yang berkuasa. Pada waktu
itu Eropa disebut kelas borjuis. Pada puncaknya dari sejarah ialah suatu
masyarakat yang tidak berkelas, yang menurut Marx adalah masyarakat komunis.
b.
Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Menurut
Thomas Hobbes materialisme menyangkal adanya jiwa atau roh karena keduanya
hanyalah pancaran dari materi. Dapat dikatakan juga bahwa materialisme
menyangkal adanya ruang mutlak lepas dari barang-barang material.
c.
Hornby (1974)
Menurut
Hornby materialisme adalah theory, belief, that only material thing exist
(teori atau kepercayaan bahwa yang ada hanyalah benda-benda material saja).
Sebagian
ahli lain mengatakan bahwa materialisme adalah kepercayaan bahwa yang ada
hanyalah materi dalam gerak. Juga dikatakan kepercayaan bahwa pikiran memang
ada, tetapi adanya pikiran disebabkan perubahan-perubahan materi. Materialisme
juga berarti bahwa materi dan alam semesta tidak memiliki karakteristik
pikiran, seperti tujuan, kesadaran, niat, tujuan, makna, arah, kecerdasan,
kemauan atau upaya. Jadi, materialisme tidak mengakui adanya entitas
nonmaterial, seperti roh, hantu, malaikat. Materialisme juga tidak mempercayai
adanya Tuhan atau alam supranatural. Oleh sebab itu, penganut aturan ini
menganggap bahwa satu-satunya realitas yang ada hanyalah materi. Segala perubahan
yang tercipta pada dasarnya berkausa material. Pada ekselasi material menjadi
suatu keniscayaan pada being of phenomena. Pada akhirnya dinyatakan bahwa
materi dan segala perubahannya bersifat abadi.
d.
Van Der Welj (2000)
Van
Der Welj mengatakan, materialisme dengan menyatakan bahwa materialisme ini
terdiri atas suatu aglomerasi atom-atom yang dikuasai aleh hukum-hukum
fisika-kimiawi. Bahkan, terbentuknya manusia sangat dimungkinkan berasal dari
himpunan atom-atom tertinggi. Apa yang dikatakan kesadaran, jiwa, atau roh
sebenarnya hanya setumpuk fungsi kegiatan dari otakyang bersifat sangat
organik-materialistis.
4.
Jenis-jenis Materialisme :
§ Materialisme
rasionalistik. Materialisme rasionalistik menyatakan bahwa seluruh realitas
dapat dimengeti seluruhnya berdasarkan ukuran dan bilangan (jumlah);
§ Materialisme
mitis atau biologis. Materialisme mitis atau biologis ini menyatakan bahwa
peristiwa-peristiwa material terdapat misteri yang mengungguli manusia. Misteri
itu tidak berkaitan dengan prinsip immaterial.
§ Materialisme
parsial Materialisme parsial ini menyatakan bahwa pada sesuatu yang
material tidak tedapat karakteristik khusus unsur immaterial atau formal;
§ Materialisme
antropologis. Materialisme antropologis ini menyatakan bahwa jiwa itu tidak ada
karena yang dinamakan jiwa pada dasarnya hanyalah materi atau
perubahan-perubahan fisik-kimiawi materi;
§ Materialisme
dialektik. Materialisme dialektik ini menyatakan bahwa realitas seluruhnya
terdiri dari materi. Berarti bahwa tiap-tiap benda atau atau kejadian dapat
dijabarkan kepada materi atau salah satu proses material. Salah satu prinsif di
materialisme dialektik adalah bahwa perubahan dalam kuantitas. Oleh karena itu,
perubahan dalam materi dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan, atau dengan
kata lain kehidupan berasal dari materi yang mati. Semua makhluk hidup termasuk
manusia berasal dari materi yang mati, dengan proses perkembangan yang
terus-menerus ia menjadi materi yang memiliki kehidupan. Oleh karena itu kalau
manusia mati, ia akan kembali kepada materi, tidak ada yang disebut dengan ke
hidupan rohaniah. Ciri-ciri materialisme dialektik mempunyai asas-asas, yaitu :
o
Asas gerak;
o
Asas saling berhubungan;
o
Asas perubahan dari kuantitaif menjadi
kualitatif;
o
Asas kontradiksi intern.
§ Materialisme
historis. Materialisme histories ini menyatakan bahwa hakikat sejarah terjadi
karena proses-proses ekonomis. Materialisme dialektik dan materialisme
histories secar bersamaan menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang menyangkut
sejarah rohani dan perkembangan manusia hanya merupakan dampak dan
refleksi-refleksi aktivitas ekonomis manusia. Materialisme historis ini
berdasarkan dialektik, maka semua asas materialisme dialektik berlaku
sepenuhnya dalam materialisme histories.
Materialisme
sebagai teori menyangkal realitas yang bersifat ruhaniah, sedangkan
materialisme metode mencoba membuat abstraksi hal-hal yang bersifat imaterial.
BAB III
KESIMPULAN
- Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari segala sesuatu ialah materi.
- Karena materialisme mempersoalkan metafisika. Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis.
- Materialisme sebagai teori menyangkal realitas yang bersifat ruhaniah, sedangkan materialisme metode mencoba membuat abstraksi hal-hal yang bersifat imaterial.
- Dapat dikatakan juga bahwa materialisme menyangkal adanya ruang mutlak lepas dari barang-barang material.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak, Isep Zainal
Arifin, Filsafat Umum, Bandung: Gema Media Pusakatama, 2002.
Praja, juhaya s. 2006. Aliran-Aliran
Filsafat dan Etika. Bandung: Yayasan PIARA (Pengembangan Ilmu Agama dan
Humaniora).
Beerling, R.F. 1966. Filsafat Dewasa
Ini. Terj. Hasan Amin, Djakarta:Balai Pustaka.
Dagun, Save M. 1990. Filsafat
Eksistensialisme, Jakarta:Rineka Cipta.
Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat
Umum, Bandung: PT Pustaka Setia, 1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar