Minggu, 15 Oktober 2017

Makalah Aliran Filsafat

Makalah Filsafat Pendidikan

Aliran Filsafat Materialisme
Oleh :
                        Kelompok 7

§   Senja Pangestu                                              (1706104020084)       
§   M. Rizki                                                         (1706104020051)
§   Al Fharuq Amanullah                                  (1706104020076)       
§   Alpianda Kenusi                                           (1706104020009)
§   Musridin                                                        (1306104020077)
§   M. Azizul Akbar                                           (1706104020091)
§   Fasnurulsalami                                              (1706104020055)
§   Muazin                                                           (1706104020048)


  




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH.

2017



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembahasan makalah ini untuk mengetahui apa itu materialisme, materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari benda (materi), materialisme merupakan salah satu aliran filsafat yang memandang bahwa benda primer sedangkan ide ditempatkan di sekundernya sebab materi ada terlebih dahulu baru ada ide.
Penjelasan mengenai makna kehidupan dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya merupakan masalah yang klasik, yang hingga sekarang susah untuk ditetapkan filsafat mana yang paling benar yang seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut menggunakan sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Dari beberapa banyak aliran filsafat, kami hanya membahas aliran filsafat  materialisme. Antara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pa­s dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri  dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang  mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungan.  Apabila cita karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya). Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat idealisme, materialisme, eksistensialisme, monisme, dualisme, dan pluralisme.

A.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat kami rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari materialisme ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan aliran materialisme ?
3.  Siapa-siapa saja tokoh yang berperan dan paling berperan dalam aliran filsafat materialisme ?
4. Apa saja pembagian jenis-jenis aliran filsafat materialisme tersebut ?

B.     TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari aliran tersebut diatas.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan aliran materialism.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam aliran-aliran dalam filsafat  tersebut    diatas.



BAB II
PEMBAHASAN

1. Materialisme
Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari segala sesuatu ialah materi. Karena materialisme mempersoalkan metafisika. Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi yang sedang bergerak.
Materi dan alam semesta sama sekali tidak memiliki karakteristik-karakteristik pikiran dan tidak ada entitas-entitas nonmaterial. Realitas satu-satunya adalah materi. Setiap perubahan bersebab materi atau natura dan dunia fisik.

2. Sejarah Perkembangan Materialisme
Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah epikuros. Ia merupakn salah satu filsuf terkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros, filsuf lain yang juga turut mengembangankan aliran filsafat ini adalah Demokritos dan Lucretius Carus. Pendapat mereka tentang Materialisme, dapat kita samakan dengan materialism yang berkembang di prancis pada masa pencerahan. Dua karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili pham itu adalah L’homme machine (manusia mesin) dan  L’homme plante (manusia tumbuhan). Dalam waktu yang sama, di tempat lain muncul seorang Baron von Holbach yang mengemukakan suatu materialism atiesme. Materialisme etiesme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak.
Benih-benih materialism sudah muncul sejak zaman Yunani kuno. Sebelum muncul pertnyaan-pertanyaan filsafat idealistic (yang menonjol sejak plato), filsafat Yunani berangkat dari filsafat materialisme yang mengambil bentuk pada upaya untuk  menyelidik tentang alam sebagai materi. Bahkan mayoritas filsuf percaya bahwa tidak mungkin ada sesuatu yang muncul dari ketiadaan. Materi alam dipelajari secara habis-habisan, sehingga menghasilkan tesis filsafat tentang apa sebenarnya substansi menyusun alam kehidupan ini.
Pada abad pertama Masehi, paham materialism tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap paham ini. Baru pada zaman pencerahan (Aufkalrung), materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropa Barat.
Materialisme berpenderian bahwa pada hakikatnya sesuatu itu adalah bahan belaka. Pandangan ini Berjaya pada abad ke-19.[2] Materialisme jelas tidak akan bias hilang dan mati karena hidup ini sangat nyata, dimana manusia terus saja mengembangkan diri dari ranah material. Zaman kegelapan yang didominasi dengan agama yang menggelapkan kesadaraan jelas tak dapat membendung perkembangan material, yaitu teknologi yang merupakan alat bantu manusia untuk mengatasi kesulitan material dan membantu manusia memahami alam. Misalnya, dengan teleskop dapat diketahui susunan jagat raya, dengan transportasi dan komunikasi pertukaran pengetahuan semakin cepat. Idialisme yang subjektif jelas tidak dapat dipertahankan.[3]
Pada abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal jerman seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan materialisme. Materialisme dan Empirisme adalah perangsang munculnya IPTEK karena berpkir pada kegiatan melakukan eksperimen-eksperimen ilmiyah yang memicu perkembangan ilmu dan teknologi.
Filsafat materialisme beranggapan bahwa hubungan adalah hubungan material yang saling mempengaruhi. Karenanya, memahami hubungan harus menggunakan landasan berfikir yang materialis. Berfikir materialis berarti percaya pada hukum-hukum materi, yaitu sebagai berikut:
§  Hukum I: “Materi itu ada, nyata, dan konkret”.
Materi itu ada dan nyata dalam hidup kita. Kita bisa mengenali materi melalui indra kita. Jadi, bukan karena tak tertangkap indra kita, lantas kita mengatakan bahwa sesuatu itu tidak ada.
§  Hukum II:”Materi itu terdiri dari materi-materi yang lebih kecil dan saaling berhubungan (dialektis)”.
Jadi, dialektika adalah hukum keberadaan materi itu sendiri. Materi-materi kecil menyatu dan menyusun satu kesatuan yang kemudian disebut sebagai materi lainya yang secara kualitas lain. Karenanya namanya juga lain.
§  Hukum III:”Materi mengalami kontradiksi”.
Karena materi terdiri  dari materi-materi yang lebih kecil  antara satu materi dengan materi lainnya mengalami kontradiksi, atau saling bertentangan. Jika taka da kontras, tak akan ada bentuk yang berbeda-beda. Jika tidak ada kontradiksi, tak ada kualitas yang berbeda,kualitas baru, atau kualitas yang menunjukkan adanya perubahan susunan materi yang baru.
§  Hukum IV:”Materi selalu berubah dan akan selalu berubah”.
Perubahan dimulai dengan kontradiksi atau akibat pengaruh antara materi-materi yang menyusunnya maupun karena intervasi dari luar. Taka da yang lebih abadi dari pada perubahan itu sendiri.

3. Beberapa Tokoh Pemikir Materialisme, Antara Lain : 
a. Karl Marx (1818-1883)
Marx lahir di Trier Jerman pada tahun 1818.ayahnya merupakan seorang Yahudi dan pengacara yang cukup berada, dan ia masuk Protestan ketika Marx berusia enam tahun. Setelah dewasa Marx melanjutkan studinya ke universitas di Bonn, kemudian Berlin. Ia memperoleh gelar doktor dengan desertasinya tentang filsafat Epicurus dan Demoktirus. Kemudian, ia pun menjadi pengikut Hegelian sayap kiri dan pengikut Feurbach. Dalam usia dua puluh empat tahun, Marx menjadi redaktur Koran Rheinich Zeitung yang dibrendel pemerintahannya karena dianggap revolusioner.
Setelah ia menikah dengan Jenny Von Westphalen (1843) ia pergi ke Paris dan disinilah ia bertemu dengan F.Engels dan bersahabat dengannya. Tahun 1847, Marx dan Engels bergabung dengan Liga Komunis, dan atas permintaan liga komunis inilah, mereka mencetuskan Manifesto Komunis (1848).
Dasar filsafat Marx adalah bahwa setiap zaman, system produksi merupakan hal yang fundamental. Yang menjadi persoalan bukan cita-xita politik atau teologi yang berlebihan, melainkan suatu system produksi. Sejarah merupakan suatu perjuangan kelas, perjuangan kelas yang tertindas melawan kelas yang berkuasa. Pada waktu itu Eropa disebut kelas borjuis. Pada puncaknya dari sejarah ialah suatu masyarakat yang tidak berkelas, yang menurut Marx adalah masyarakat komunis.
b. Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Menurut Thomas Hobbes materialisme menyangkal adanya jiwa atau roh karena keduanya hanyalah pancaran dari materi. Dapat dikatakan juga bahwa materialisme menyangkal adanya ruang mutlak lepas dari barang-barang material.


c. Hornby (1974)
Menurut Hornby materialisme adalah theory, belief, that only material thing exist (teori atau kepercayaan bahwa yang ada hanyalah benda-benda material saja).
Sebagian ahli lain mengatakan bahwa materialisme adalah kepercayaan bahwa yang ada hanyalah materi dalam gerak. Juga dikatakan kepercayaan bahwa pikiran memang ada, tetapi adanya pikiran disebabkan perubahan-perubahan materi. Materialisme juga berarti bahwa materi dan alam semesta tidak memiliki karakteristik pikiran, seperti tujuan, kesadaran, niat, tujuan, makna, arah, kecerdasan, kemauan atau upaya. Jadi, materialisme tidak mengakui adanya entitas nonmaterial, seperti roh, hantu, malaikat. Materialisme juga tidak mempercayai adanya Tuhan atau alam supranatural. Oleh sebab itu, penganut aturan ini menganggap bahwa satu-satunya realitas yang ada hanyalah materi. Segala perubahan yang tercipta pada dasarnya berkausa material. Pada ekselasi material menjadi suatu keniscayaan pada being of phenomena. Pada akhirnya dinyatakan bahwa materi dan segala perubahannya bersifat abadi.
d. Van Der Welj (2000)
Van Der Welj mengatakan, materialisme dengan menyatakan bahwa materialisme ini terdiri atas suatu aglomerasi atom-atom yang dikuasai aleh hukum-hukum fisika-kimiawi. Bahkan, terbentuknya manusia sangat dimungkinkan berasal dari himpunan atom-atom tertinggi. Apa yang dikatakan kesadaran, jiwa, atau roh sebenarnya hanya setumpuk fungsi kegiatan dari otakyang bersifat sangat organik-materialistis.




4. Jenis-jenis Materialisme :
§  Materialisme rasionalistik. Materialisme rasionalistik menyatakan bahwa seluruh realitas dapat dimengeti seluruhnya berdasarkan ukuran dan bilangan (jumlah);
§  Materialisme mitis atau biologis. Materialisme mitis atau biologis ini menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa material terdapat misteri yang mengungguli manusia. Misteri itu tidak berkaitan dengan prinsip immaterial.
§  Materialisme parsial Materialisme parsial ini menyatakan bahwa pada sesuatu yang material tidak tedapat karakteristik khusus unsur immaterial atau formal;
§  Materialisme antropologis. Materialisme antropologis ini menyatakan bahwa jiwa itu tidak ada karena yang dinamakan jiwa pada dasarnya hanyalah materi atau perubahan-perubahan fisik-kimiawi materi;
§  Materialisme dialektik. Materialisme dialektik ini menyatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari materi. Berarti bahwa tiap-tiap benda atau atau kejadian dapat dijabarkan kepada materi atau salah satu proses material. Salah satu prinsif di materialisme dialektik adalah bahwa perubahan dalam kuantitas. Oleh karena itu, perubahan dalam materi dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan, atau dengan kata lain kehidupan berasal dari materi yang mati. Semua makhluk hidup termasuk manusia berasal dari materi yang mati, dengan proses perkembangan yang terus-menerus ia menjadi materi yang memiliki kehidupan. Oleh karena itu kalau manusia mati, ia akan kembali kepada materi, tidak ada yang disebut dengan ke hidupan rohaniah. Ciri-ciri materialisme dialektik mempunyai asas-asas, yaitu :
o   Asas gerak;
o   Asas saling berhubungan;
o   Asas perubahan dari kuantitaif menjadi kualitatif;
o   Asas kontradiksi intern.
§  Materialisme historis. Materialisme histories ini menyatakan bahwa hakikat sejarah terjadi karena proses-proses ekonomis. Materialisme dialektik dan materialisme histories secar bersamaan menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang menyangkut sejarah rohani dan perkembangan manusia hanya merupakan dampak dan refleksi-refleksi aktivitas ekonomis manusia. Materialisme historis ini berdasarkan dialektik, maka semua asas materialisme dialektik berlaku sepenuhnya dalam materialisme histories.
Materialisme sebagai teori menyangkal realitas yang bersifat ruhaniah, sedangkan materialisme metode mencoba membuat abstraksi hal-hal yang bersifat imaterial.















BAB III
KESIMPULAN

  1. Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari segala sesuatu ialah materi.
  2.  Karena materialisme mempersoalkan metafisika. Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis.
  3. Materialisme sebagai teori menyangkal realitas yang bersifat ruhaniah, sedangkan materialisme metode mencoba membuat abstraksi hal-hal yang bersifat imaterial.
  4.  Dapat dikatakan juga bahwa materialisme menyangkal adanya ruang mutlak lepas dari barang-barang material.











DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak, Isep Zainal Arifin, Filsafat Umum, Bandung: Gema Media Pusakatama,   2002.
Praja, juhaya s. 2006. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Bandung: Yayasan PIARA (Pengembangan Ilmu Agama dan Humaniora).
Beerling, R.F. 1966. Filsafat Dewasa Ini. Terj. Hasan Amin, Djakarta:Balai Pustaka.
Dagun, Save M. 1990. Filsafat Eksistensialisme, Jakarta:Rineka Cipta.
Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung: PT Pustaka Setia, 1997.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar